Menurut cerita rakyat, zaman dahulu sebelum ada nama Banyumas, Kabupaten Banyumas disebut sebagai daerah “Selarong”. Suatu hari, daerah Selarong kedatangan seorang pria asing mengendarai kuda. Selama di berada di Selarong, pria tersebut selalu menjadi perhatian penduduk karena tingkah lakunya yang aneh.
Karena dikira meresahkan masyarakat, penguasa praja akhirnya menyuruh prajurit untuk menangkapnya dan memasukkannya ke ruang tahanan.
Suatu ketika daerah Selarong dilanda kemarau yang sangat panjang, sumur dan sungai juga ikut mengering. Masyarakat semakin bingung untuk mendapatkan air, sehingga upaya mereka hanya membuat sebuah belik, yaitu galian tanah di tepi sungai/kali.
Saat pria asing itu dipenjarakan nampak awan hitam di langit yang menyelimuti Selarong. Tak lama berselang, hujan pun turun dengan lebatnya.
Masyarakat Selarong sangat gembira bagaikan mendapat hujan emas. Karena gembiran itulah, mereka berteriak-teriak dilapangan sambil berkata “Banyu, banyu, banyu” dan yang lainnya berkata “Emas, emas, emas”.
Perkataan yang diucapkan serempak itu lama-kelamaan terdengar menjadi Banyu-emas, Banyu-emas.Mulai saat itulah, masyarakat Selarong menyebut daerah itu menjadi BANYUMAS. Sang penguasa yang juga bergembira melihat masyarakat sudah kembali sedia kala.
Akhirnya sang tahanan pun dibebaskan, kemudian pria tersebut berjalan ke arah barat menuju bukit Dawuhan. Tepat di sana, ia belajar kepada Embah Galagamba yang terkenal sakti.
Mereka berdua belajar sampai akhir hayatnya, dan hingga kini ditemukan pesarean di komplek Dawuhan Banyumas yang dipercayai masyarakat sebagai makamnya Embah Galagamba dan muridnya.
Namun, ada sejarah lain yang mengatakan bahwa Banyumas merupakan wilayah dari Kerajaan Pajang di bawah pimpinan Raja Sultan Hadiwijaya.

Karena pendiri banyumas pada masa itu adalah Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati pertama dengan gelar Adipati Marapat/ Adipati Mrapat.
Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582, tepatnya pada hari Jum’at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.
Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).
Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang.
Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.
Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati.
Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII. Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.
Baca Juga Wisata Purwokerto dimalam hari
Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.
Siapakah Raden Joko Kahiman itu ? R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran.
Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
1. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
2. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
3. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya